Lelaki Tua di Tengah
Gerimis
…
Waktu
itu. Kita bersepeda mengelilingi desa di saat sedang gerimis. Kamu berkata
padaku “… Hanya kamu yang aku cinta”, lalu aku menjawab “Aku tidak percaya”.
“Kenapa?”
Tanyamu heran, lalu tanganmu mempererat pelukanmu dari belakangku…
“Hmmm…”
Aku menghentikan sepeda kita tepat di depan kedai kecil yang menjual guci. “Turunlah…”Kataku.
Kamu
pun turun. Tidak lama berselang seorang kakek tua di tengah gerimis melaju
dengan sepeda karatannya dan berhenti tepat di depan kami.
KRING!
KRING! Bunyi bel sepeda ontelnya.
“Kau
mau tahu kenapa aku tidak percaya pada kata-katamu?” Tanyaku padamu.
“I-iya…”
Ucapmu.
“Tiga
hari yang lalu,” Aku menunjuk pada kakek tua itu “bukankah kakek tua itu memboncengmu
naik sepeda?” Tanyaku.
“Hei
kenapa kau sebut aku kakek tua?” Tanya orang yang ku tunjuk itu. “bukankah
kalian juga seumuran denganku?”.
Aku
terdiam. “Iya benar aku di bonceng oleh dia!” Kata kamu tegas, “dan aku cinta
dia!”.
“Bukannya
kau bilang tadi kalau kau cinta denganku?” Aku menendang sepedaku, tapi tidak
terjatuh.
“Sepertinya
kau sudah pikun!”
***
Aku
Lelaki tua yang sedang menebas gerimis, saat itu aku melihatmu sedang duduk seperti
sedang menunggu. “Ayo naik!” aku mengajakmu untuk naik sepeda.
Waktu
itu. Kita bersepeda mengelilingi desa di saat sedang gerimis. Kamu berkata
padaku “Waktu dulu aku pernah bilang, ‘Hanya kamu yang aku cinta’ Tapi sekarang
ada orang lain yang aku cinta.”, lalu aku menjawab “Aku tidak percaya”.
“Kenapa?”
Tanyamu heran, lalu tanganmu mempererat pelukanmu dari belakangku 'karena kita
hampir terjatuh.'
Sepertinya
pendengaran dan memoriku sudah tidak berfungsi dengan baik lagi…
* Maaf kalau kurang ngehhhh.... *
ah...lansia pd puber kesekian kalinya ya?
BalasHapusJadi puber lagi ya mereka??? tapi paragraf terakhir bingung euy
BalasHapusOh itu... coba baca lagi yang awalnya. Trus baca yang paragraf akhir...
HapusMaksudnya paragraf terakhir itu, adalah kisah lengkap dari paragraf awal . Kalau paragraf yang awal-awal itu hanya potongan ingatan tokoh aku..
mutar-muter! hehehe
BalasHapusAku bisa menangkap maksud ceritanya. Tapi gaya penuturan yang -seperti kata Eksak- 'muter-muter' bikin cerita ini jadi 'ribet'. Lebih baik bagian awal cerita dibuang saja, karena nantinya diceritakan di akhir.
BalasHapus